Modal sosial pedagang gulai tikungan blok m sebagai upaya mempertahankan eksistensi kuliner legendaris kota jakarta

Muhammad Naufal Muzhaffar,Atika Wijaya

Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS)(2024)

引用 0|浏览0
暂无评分
摘要
SOCIAL CAPITAL OF GULAI TIKUNGAN BLOK M TRADERS AS AN EFFORT TO MAINTAIN THE EXISTENCE OF A LEGENDARY CULINARY IN JAKARTASouth Jakarta, especially Blok M, is famous for its various culinary delights. One street food center has its own characteristics, namely gulai tikungan (gultik). Gultik sellers has a uniqueness where sellers sell the same type of food (gultik) in the same areas, even next to each other. This culinary street is also a legendary place because it has been around since the 1980s and still exists. This article aims to explain the strength of the social capital of gultik sellers as the effort to maintain their existence as a culinary legend in Jakarta. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. Data collection techniques used in this research is observation, interviews and documentation. This study uses a qualitative method. The subjects of this study are the gultik business actors. The results show that gultik sellers maintain social capital with various parties, such as with fellow gultik sellers, the government, and other types of street food sellers. The social capital of gultik sellers can be seen from solidarity, colective cash, selling price, recipes, and cooperation between sellers during busy times. Social capital with the government is can be seen in cleaning sidewalks, paying for cleaning service staffs, and donating for local government events. Social capital with other street food sellers can be seen in their mutual cooperation and QRIS payments. Even though it is not easy, gultik sellers have proven that collaboration with various parties through trust, norms and networks can be a solid foundation for them to maintain the continuity of their business.Kawasan Jakarta Selatan, khususnya Blok M terkenal dengan berbagai macam kulinernya. Terdapat salah satu pusat kuliner kaki lima yang memiliki ciri khas tersendiri, yaitu gulai tikungan (gultik). Pedagang gultik memiliki keunikan dimana para pedagang menjual jenis dagangan makanan yang sama (gulai) di area yang berdekatan, bahkan bersebelahan satu sama lain. Kuliner kaki lima ini juga merupakan salah satu tempat yang legendaris karena sudah berdiri sejak tahun 1980-an dan masih eksis hingga saat ini. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan kekuatan modal sosial para pedagang gultik dalam upaya mempertahankan eksistensi mereka sebagai kuliner legendaris di Kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah para pelaku usaha gultik Blok M. Hasil penelitian menujukkan bahwa para pedagang gultik menjalin modal sosial yang erat dengan berbagai pihak yaitu dengan sesama pedagang, pemerintah, dan PKL jenis lain. Modal sosial sesama pedagang gultik terlihat dari kekompakan, uang kas, harga jual, resep, dan kerja sama antar pedagang di jam ramai. Modal sosial dengan pemerintah terjalin dalam kerja bakti membersihkan trotorar, uang kebersihan, dan sumbangan konsumsi untuk acara-acara pemerintah setempat. Modal sosial dengan PKL lain ditunjukkan dari sikap saling membantu, dan pembayaran QRIS. Meskipun tidak mudah, namun para pedagang gultik membuktikan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak melalui kepercayaan, norma, dan jaringan dapat menjadi tumpuan kokoh bagi mereka untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya.
更多
查看译文
AI 理解论文
溯源树
样例
生成溯源树,研究论文发展脉络
Chat Paper
正在生成论文摘要